Neraca Pembayaran Indonesia 2022 Surplus, Yose Rizal Damuri: Di Luar Kenormalan

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 21 Februari 2023 - 07:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Direktur Eksekutif Centre of Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri. (Dok. Csis.or.id)

Direktur Eksekutif Centre of Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri. (Dok. Csis.or.id)

EKONOMINEWS.COM – Direktur Eksekutif Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyampaikan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih mengalami surplus pada tahun 2022 di luar kenormalan.

Hal ini mengingat kebanyakan surplus berasal dari perdagangan barang yang disebabkan windfall profit dari kenaikan harga-harga akibat perang di Ukraina yang menciptakan hambatan supply chain pada tingkatan global.

“Kenaikan harga tidak akan bertahan lama. Ini bukan seperti windfall profit atau commodity boom pada tahun 2000an awal hingga tahun 2012, di mana terjadi lonjakan permintaan yang besar sekali akibat dari perekonomian Tiongkok yang tumbuh secara cepat,” kata dia dalam CSIS Media Briefing yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin 20 Februari 2023.

Saat ini, lanjutnya, windfall profit disebabkan disrupsi yang terjadi karena kondisi di Ukraina.

Jika semakin lama pengaruh disrupsi kian kecil dan sudah ditemukan alternatif untuk melancarkan perdagangan barang, ungkap Yose, maka harga-harga takkan tinggi lagi yang membuat Indonesia tak bisa menikmati berbagai surplus akibat disrupsi.

Dalam kesempatan tersebut, dia menerangkan pula dua bagian besar dalam neraca pembayaran, yakni neraca berjalan dan neraca finansial.

Seandainya neraca berjalan negatif, diusahakan neraca finansial positif, begitu pun sebaliknya.

“Sekarang ini, permasalahannya neraca finansial kita tidak positif, masih negatif.”

” Jadi kalau neraca berjalannya sudah mulai turun positifnya, surplusnya turun, yang di bawah (neraca finansial) masih negatif juga. Nah, itu tentunya tekanan terhadap perekonomian akan menjadi sangat besar,” ungkap Yose.

Biasanya, kondisi ekonomi eksternal Indonesia dalam hal neraca berjalan selalu negatif, tetapi ditutup oleh neraca finansial yang positif.

Kini, neraca berjalan positif lebih disebabkan adanya windfall profit.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

“Artinya, kalau dia kembali lagi ke kondisi yang lama di mana neraca berjalan akan negatif, sekarang tau-taunya ditambah lagi neraca finansial yang negatif juga.

Di sini mungkin yang lebih banyak perannya Bank Indonesia (guna mengatasi persoalan tersebut) dan untuk menghindari capital outflow, bagaimana meningkatkan investasi langsung menjadi kunci,” ucapnya.

Kini, investasi langsung yang masuk Indonesia disebut hanya sebesar 25 persen dan pergi ke industri logam dasar saja.

Dalam artian, investasi langsung terlalu terkonsentrasi di satu industri.

“Kalau ini hilang atau investasinya tak lagi masuk Indonesia, akan jadi jauh lagi berbahaya kondisinya, sementara sektor-sektor padat karya tak dapatkan investasi yang cukup.”

” Reform-nya mungkin ke arah sana, bagaimana mendiversifikasi investasi yang ada dengan tentunya memperbaiki iklim investasi yang ada,” ujarnya.***

Berita Terkait

Prabowo Beber 8 Pendorong Pertumbuhan Ekonomi di Q1 2025, Termasuk Makan Bergizi Gratis, THR dan Bansos
Prabowo Subianto Imbau Harga Tiket Pesawat dan Haji Harus Turun: Rakyat Harapkan Hasil Nyata!
Periode Januari – Maret 2025, Produksi Beras Meningkat 52,32 Persen, BPS: Diprediksi Capai 8,67 Juta Ton
Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata
Proyeksi IHSG 12 Bulan Ke Depan Diturunkan, Investor Lebih Hati-Hati Hadapi Ketidakpastian Ekonomi
Nilai Investasi Tiongkok di Indonesia Tahun 2024 Meningkat 9,5 Persen Menjadi 8,1 Miliar Dolar AS
Soal Investasi di Indonesia, Begini Penjelasan UAE yang Yakin Banyak Investor Seluruh Dunia yang Tertarik
Forum Bisnis (CEO Forum) dan Bussiness Matching Indonesia – India, Sebanyak 100 Pengusaha Nasional Hadir

Berita Terkait

Selasa, 18 Februari 2025 - 15:25 WIB

Prabowo Beber 8 Pendorong Pertumbuhan Ekonomi di Q1 2025, Termasuk Makan Bergizi Gratis, THR dan Bansos

Selasa, 18 Februari 2025 - 07:30 WIB

Prabowo Subianto Imbau Harga Tiket Pesawat dan Haji Harus Turun: Rakyat Harapkan Hasil Nyata!

Sabtu, 8 Februari 2025 - 14:42 WIB

Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata

Jumat, 7 Februari 2025 - 20:20 WIB

Proyeksi IHSG 12 Bulan Ke Depan Diturunkan, Investor Lebih Hati-Hati Hadapi Ketidakpastian Ekonomi

Selasa, 4 Februari 2025 - 10:49 WIB

Nilai Investasi Tiongkok di Indonesia Tahun 2024 Meningkat 9,5 Persen Menjadi 8,1 Miliar Dolar AS

Berita Terbaru