EKONOMINEWS.COM – Otoritas Taiwan pada Kamis 9 Maret 2023 menyatakan akan mengizinkan penambahan penerbangan langsung ke China yang terhenti akibat pandemi COVID-19 sebagai bentuk itikad baik kepada Beijing di tengah memburuknya gesekan militer.
Taiwan, yang oleh China diklaim sebagai provinsinya, sebelumnya hanya mengizinkan penerbangan langsung ke empat kota di China, yaitu Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Xiamen.
Sebelum COVID-19, lebih banyak kota di China yang tersambung dengan penerbangan langsung ke Taiwan.
Baca Juga:
HSBC Global Research Perkirakan Perekonomian Indonesia Tumbuh Sebesar 5,1 Persen pada Tahun 2025
Dukung Aksi Korporasi IPO, Menteri BUMN Erick Thohir Dorong MIND ID Jadi Class Company
China sebelumnya telah mendesak Taiwan membuka kembali jalur penerbangan dan mengecam alasan pandemi yang digunakan otoritas Taiwan untuk menunda pembukaan tersebut.
Sementara itu, Dewan Urusan China Daratan Taiwan menjelaskan bahwa jalur penerbangan akan dibuka kembali untuk sepuluh kota tambahan di China, termasuk Shenzhen, Guangzhou, dan Nanjing.
Penerbangan sewaan akan diizinkan pada 13 kota lainnya.
Juru bicara dewan tersebut, Chan Chih-hung, mengatakan pihaknya telah mempertimbangkan permintaan China terkait pembukaan kembali jalur penerbangan langsung, dan keputusan membuka penerbangan ke sepuluh kota tersebut didasarkan pada jumlah pebisnis Taiwan yang ada di sana.
“China telah meminta 26 kota, yang kami juga telah pertimbangkan. Keputusan ini telah menunjukkan itikad baik kami,” katanya.
Baca Juga:
Genjot Ekspor Nasional, Wamentan Sudaryono Dorong Masyarakat Lirik Budidaya Sarang Burung Walet
Mentan Amran Sulaiman Targetkan Kenaikan Produksi Beras Jatim Tertinggi Sepanjang Sejarah
IHSG Awal Tahun Diprediksi Naik, CSA Index Januari 2025 Fokus pada Optimisme Sektor Unggulan
Chan menambahkan bahwa pihaknya berharap dibukanya penerbangan langsung tersebut akan dibalas dengan itikad baik lainnya dan hubungan kerja sama yang baik di antara China dan Taiwan.
Otoritas Taiwan telah berusaha memulai kembali hubungan kerja sama, terutama dalam hubungan antarmasyarakat, saat China mencabut peraturan karantina yang ketat akhir tahun lalu.
Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen turut berharap pembukaan penerbangan tersebut dapat menurunkan gesekan.
Tsai juga telah berulang kali mengundang China untuk berdialog, meskipun ditolak oleh Beijing yang menganggap Tsai sebagai separatis. Ia menegaskan bahwa hanya 23 juta warganya yang dapat menentukan masa depannya sendiri dan ia menolak klaim sepihak China atas Taiwan.
Baca Juga:
Agar Berkembang Pesat, Sudaryono Pastikan Investasi Peternakan Sapi Libatkan Peternak Lokal
Untuk Barang Mewah, Kemenkeu Rilis PMK 131 2024 Tentang Tarif Pajak Pertambahan Nilai 12 Persen
Taiwan dan China baru membuka jalur penerbangan langsung pada 2009 setelah penerbangan sewaan diizinkan pada 2003.
Sebelum itu, tidak ada penerbangan langsung antara Taiwan dan China sejak 1949, ketika otoritas Republik China mengevakuasikan diri ke Taiwan pada babak akhir perang saudara melawan kaum komunis yang mendirikan Republik Rakyat China.
Selain pada beberapa kasus pembajakan pesawat, warga yang hendak bepergian dari dan ke Taiwan atau China sebelum pembukaan penerbangan langsung harus bertukar pesawat di Hong Kong atau Makau.***