EKONOMINEWS.COM – Direktur Eksekutif Indonesia Development Research (IDR) Fathorrahman Fadli menilai kombinasi pasangan calon presiden dan wakil presiden dari sipil dan militer atau sebaliknya masih dibutuhkan pada Pemilu 2024.
“Pasangan sipil-militer pada Pemilihan Presiden 2024 masih menjadi kebutuhan objektif Bangsa Indonesia,” katanya dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan komposisi itu untuk memperkuat Konsep “Civilian Order” dalam konteks pembangunan politik demokrasi yang ideal bagi Indonesia.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Imbau Harga Tiket Pesawat dan Haji Harus Turun: Rakyat Harapkan Hasil Nyata!
Emirates Airlines Rencana Penambahan Frekuensi Perbangan, Dorong Pariwisata Indonesia
Fathorrahman menegaskan pentingnya kehadiran tokoh berlatar belakang militer dibutuhkan dalam konteks membangun sinergi kekuatan bangsa antara kekuatan sipil yang demokratis dan keterampilan teknis kemiliteran dalam menjaga kedaulatan negara.
Baca artikel penting lainnya di media online Bisnispost.com – salah satu portal berita terbaik di Indonesia.
“‘Civilian order’ itu penting dalam membangun negara. Namun kehadiran tokoh militer yang sangat terlatih dalam membina teritorial juga dibutuhkan untuk memperkuat pemerintahan sipil,” jelasnya.
Fathorrahman yang pernah menulis tesis mengenai hubungan sipil militer itu menegaskan selama ini pasangan Pilpres 2024 masih terpaku pada survei popularitas dan elektabilitas.
Lembaga survei belum mempertimbangkan secara kualitatif pasangan calon tersebut dalam mengelola Bangsa Indonesia yang dikenal sangat majemuk.
Baca Juga:
Kepemimpinan sipil yang tidak memiliki Wawasan Nusantara yang baik terbukti telah membawa bangsa ini tidak sensitif pada pentingnya kedaulatan negara, paparnya.
“Wawasan Nusantara itu sangat penting dimiliki seorang presiden dan wakil presiden. Masalah tersebut sepanjang dua periode sangat terabaikan. Hal itu harus menjadi perhatian seluruh bangsa, terutama elit politik,” katanya.
Menurut dia, jika seorang presiden tidak peka dalam melihat ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) atas negara, maka Indonesia akan berpotensi bubar sebagai bangsa yang berdaulat.
Hal itu tambah pria yang akrab dipanggil Fatur ini tanda-tandanya sudah tampak selama kepemimpinan sipil-sipil selama dua periode.
Baca Juga:
Proyeksi IHSG 12 Bulan Ke Depan Diturunkan, Investor Lebih Hati-Hati Hadapi Ketidakpastian Ekonomi
Mensesneg Prasetyo Hadi Buka Suara Soal Rencana Perombakan Kabinet di Internal Kabinet Merah Putih
Menteri Pertanian Merespons Aggapan HPP Gabah Rp6.500 per Kilogram Beratkan Kalangan Pengusaha
“Silakan saja para pemimpin partai politik berdialog mencari sosok pasangan sipil-militer yang dipandang tepat demi kepentingan bangsa dan negara,” harapnya.***