TOPIKTOP.COM – Menjelang Pilpres 2024, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) meluncurkan laporan “Jaringan Oligarki Tambang & Energi Pada Pemilu 2024.”
Laporan tersebut digarap JATAM sejak Desember 2023 hingga Januari 2024.
Dengan fokus bisnis-bisnis para kandidat dan tim kampanye, dari dokumen-dokumen resmi terbaru.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Kunjungi Tambak Ikan Nila Salin di Karawang, Cek Potensi Bahan Makan Bergizi Gratis
Baik akta-akta pemerintah maupun laporan internal perusahaan serta, sebagai sumber utama.
Dokumen jurnal dan berita-berita media juga dijadikan sebagai rujukan untuk pendukung.
Baca artikel lainnya di sini : Rela Jauh-jauh datang ke Yogyakarta, Generasi Milenial Beri Dukungan Kemenangan Prabowo – Gibran
Demikian disampaikan oleh Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (JATSM), Melky Nahar di Jakarta, Senin 22 Januari 2024
“Afiliasi langsung bisnis para pihak ini kami telusuri relasinya dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dalam sektor pertambangan dan energi.”
Baca Juga:
Kebijakan AS dan Tiongkok Berdampak pada Ekonomi Nasional, Menteri Rosan Roeslani Ungkap Alasannya
KPK Selidiki Kasus di Kementan Soal Korupsi Penggelembungan Harga Asam untuk Kentalkan Karet
Beberkan Sejumlah Indikator Ekonomi Indonesia, BI Prediksi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 2025 dan 2026
“Seluruh informasi yang didapatkan, kami himpun dan analisis, lalu membuat kesimpulan menggunakan metode Analisis Jejaring Sosial,” tutur Melky Nahar.
Lihat juga konten video, di sini: Sri Sultan Hamengku Buwono X Tanggapi Pertemuanya dengan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Menurut Melky Nahar, terdapat nama-nama yang berlatar belakang pengusaha dan terafiliasi dengan berbagai macam bisnis, salah satunya di sektor pertambangan dan energi.
Di antara tiga pasangan capres-cawapres, termasuk partai politik pendukung hingga tim pemenangan.
Baca Juga:
“Di pasangan Anies-Muhaimin, misalnya, terdapat tujuh orang yang terafiliasi dengan bisnis pertambangan dan energi.”
“Di pasangan Prabowo-Gibran, terdapat delapan belas orang, termasuk Prabowo Subianto.
“Sementara di pasangan Ganjar-Mahfud, sebanyak tujuh orang,” lanjut Melky Nahar.
“Deretan tim pemenangan yang terafiliasi dengan tambang dan energi di pasangan capres-cawapres ini, sebagian memiliki relasi bisnis satu sama lain.”
“Baik dalam tim pemenangan kandidat yang sama, juga mempunyai relasi bisnis dengan tim pemenangan di pasangan capres-cawapres lain.”
Situasi ini menunjukkan bahwa dunia politik memang sangat menggiurkan bagi semua profesi, termasuk pengusaha.
Dan, tentu saja, rentan dengan konflik kepentingan. Dukungan finansial dan politik para pebisnis ini cenderung berorientasi untuk menikmati rente.
Mereka mempertahankan dan merebut kekuasaan sehingga memperoleh kemudahan (privilese) dan proteksi politik.
“Hegemoni oligarki dalam politik semacam pemilu ini akan menghasilkan buah pahit bagi demokrasi.”
“Ia akan dengan mudah mengotak-atik kebijakan dan regulasi, dan pada akhirnya akan dengan mudah menjarah kekayaan alam di tubuh kepulauan Indonesia,” tegas Melky.
Situasi Pemilu 2024 ini pun tak jauh berbeda dengan pemilu sebelumnya, terutama pada Pemilu 2019.
Di mana sebagian pasangan calon berlatar belakang pengusaha, sementara komposisi tim pemenangannya pun juga sebagian besar pengusaha.***