EKONOMINEWS.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan situasi perekonomian nasional terkini
Terkait tren deflasi yang telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut.
Meskipun terjadi deflasi, komponen inti tetap mengalami inflasi sebesar 0,16 persen.
Baca Juga:
Harga Terkini Redmi 13C di Flash Sale 11.11 Blibli
Target Investasi Tahun 2025 Mencapai Sekitar Rp1.900 Triliun, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
“(Soal deflasi) Kita harus melihat secara keseluruhan,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Dia merinci berbagai indikator ekonomi yang ia yakini tetap bergerak positif.
Misalnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 yang meningkat menjadi 124,4 dari 123,4 pada bulan sebelumnya.
Posisi cadangan devisa Indonesia juga mengalami peningkatan pada akhir Agustus 2024.
Yakni menjadi 150,2 miliar dolar AS dari 145,4 miliar dolar AS pada akhir Juli 2024.
Baca Juga:
Siap Dukung Sinergi Swasembada Pangan, Kepala Badan Pangan Nasional Hadiri Rakor Kemenko Pangan
Kalau Ekonomi Tidak Bergerak, Maka Cadangan Devisa Juga Tidak Bertambah
Menurut Airlangga Hartarto, roda perekonomian bergerak dengan baik, buktinya cadangan devisa bertambah.
“Kalau ekonomi tidak bergerak, cadangan devisa tidak bertambah.”
“Apalagi kita baru mengeluarkan pengaturan devisa hasil ekspor (DHE) yang terbukti bisa mempertahankan jumlah dolar di dalam negeri,” ujarnya.
Kemudian, rupiah pun berhasil ditekan ke level Rp15.300 setelah sebelumnya pernah menembus Rp16.000.
Baca Juga:
Daftar Lengkap Semua Kementerian Kabinet Merah Putih Berdasarkan Perpres Nomor 139 Tahun 2024
“Jadi, itu membuktikan bahwa ekonomi bergerak,” tambah Airlangga.
Adapun terkait inflasi, meski kinerja bulanan mencetak deflasi 0,12 persen per September 2024.
Namun komponen inti tetap mengalami inflasi sebesar 0,16 persen.
Kalau Inflasi Inti Tetap Naik Berarti Sejalan dengan Pertumbuhan Perekonomian
Mengutip laman Bank Indonesia (BI), inflasi inti (core inflation) merupakan komponen inflasi yang cenderung stabil dalam pergerakannya.
Inflasi inti dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya interaksi permintaan-penawaran; lingkungan eksternal.
Berupa nilai tukar, harga komoditas internasional, dan perkembangan ekonomi global; serta ekspektasi inflasi di masa depan.
Menurut Airlangga, inflasi inti menjadi komponen yang lebih penting untuk diperhatikan dibandingkan dengan inflasi secara keseluruhan.
“Kalau inflasi inti tetap naik, itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.”
“Karena menjadi anomali kalau pertumbuhan naik, tapi inflasi intinya turun,” jelas Airlangga.
Pun melihat inflasi secara keseluruhan, lanjut dia, Indonesia setidaknya sudah berhasil menekan tingkat inflasi dalam 10 tahun terakhir.
Pada 2014 lalu, inflasi nasional tercatat mencapai 8,36 persen.
Sementara tahun ini, inflasi tahunan mencapai 1,84 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,74 persen (year-to-date/ytd) per September.
“Jadi, kami tidak khawatir itu (deflasi), karena kami juga melihat indikator lain terhadap ekonomi,” tuturnya.***
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Minergi.com dan Duniaenergi.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Haiindonesia.com dan Helloseleb.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News.